Rabu, 26 Agustus 2009

Gula Pasir Sulit Digantikan Gula Jawa

PETANI TEBU DIHARAPKAN NIKMATI HARGA GULA

* Memasuki bulan Ramadhan gula pasir maupun gula jawa harganya melambung. Hal tersebut mengejutkan, mengingat pada saat yang sama masa giling pabrik gula masih berlangsung. Sangat wajar bila petani tebu berharap ikut menikmati tingginya harga gula pasir tersebut
* Kenaikan harga gula saat ini yang mencapai level Rp 10.000/kg sebenarnya agak sulit dipahami. Mengingat sekarang ini pada pabrik gula di berbagai daerah masih berlangsung masa giling tebu, termasuk PG Madukismo di Bantul. Artinya saat ini sebenarnya stok gula dalam negeri cukup tinggi sehingga lumrahnya bahwa harga gula mestinya normal. Namun kenyataan harga gula naik rata-rata Rp 1000/kg.
* Adalah wajar bahwa kalangan petani tebu sangat berharap memperoleh kenaikan keuntungan dari tingginya harga gula pada masa panen tebu tahun ini. Saya selaku Ka Dipertahut Bantul juga sangat mengharapkan hal tersebut. Namun sayangnya bahwa tidak seluruh tanaman tebu di Bantul merupakan tanaman yang dikelola petani, melainkan banyak kebun tebu yang dikelola langsung oleh PG Madukismo. Tingginya harga gula saat ini diharapkan memberikan rasa lega para petani tebu dan diharapkan pula akan memacu minat petani menanam tebu pada waktu yang akan datang.
* Dalam hal ini bagi kelompok tani yang melakukan kemitraan budidaya tebu nenggunakan pola kemitraan KSU (Kerja Sama Usaha) dapat pula melakukan pendekatan kepada pihak PG untuk meminta bagi hasil penggilingan tebu bukan dalam bentuk uang melainkan dalam bentuk gula. Kemudian gula tersebut dapat dijual sendiri oleh petani di pasar konsumen. Namun diakui bahwa bagi petani yang lahannya disewakan kepada pihak PG maka harus merasa rela bahwa keuntungan dari kenaikan harga gula sekarang ini akan sepenuhnya menjadi milik pabrik gula.
* Alternatif gula jawa. Namun bagi konsumen, mahalnya gula pasir sekarang ini ternyata tidak bisa mengganti dengan gula jawa begitu saja. Sebab pada saat yang sama ternyata harga gula jawa juga mengalami hal yang sama yakni harganya naik, bahkan rata-rata setara dengan harga gula pasir yakni berkisar antara Rp 9500-11.000/kg. Tingginya harga gula jawa ini ternyata juga tidak sebanding dengan harga kelapa yang dirasa oleh petani terlalu rendah, yakni sekitar Rp 700-1000/butir
* Kenaikan kedua jenis gula tersebut yang terjadi pada awal bulan puasa benar-benar tidak terduga. Sebab biasanya kenaikan baru terjadi ketika menjelang lebaran





Bantul, 26 Agustus 2009
Regards,
Ir. Edy Suhariyanta, MMA

Kamis, 20 Agustus 2009

SAATNYA SERIUS GARAP KEDELE

  • Tak terbantahkan bahwa kedelai telah merupakan bahan pangan pokok bagi penduduk Indonesia . Ketika tingkat kesejahteraan rakyat meningkat, penduduk tidak cukup hanya makan karbohidrat (nasi), maka tempe dan tahu merupakan pilihan favorit sebagai sumber protein. Namun intensifikasi produksi kedele belum tergarap dengan baik
  • Tempe dan tahu merupakan sumber protein paling aman bagi kesehatan. Masyarakat yang makin maju dan terpelajar justru menyadari hal tersebut. Penderita kolesterol tinggi, jantung, dan lain-lain memilih tempe dari pada daging. Dan tempe terbuat dari kedele. Namun ketersediaan kedele yang berasal dari produksi dalam negeri saat ini baru bisa untuk mencukupi sekitar 35 % dari kebutuhan nasional tiap tahunnya.
  • Indonesia sebagai negara yang paling kaya memiliki sumber daya lahan, sangat ironis jika terus menggantungkan diri dari kedele impor. Mengingat sebagai bahan makanan pokok maka ketergantungan tersebut dapat menjadi alat negara lain (produsen) untuk mendikte Indonesia.
  • Intensifikasi Produksi. Dalam kondisi tersebut program intensifikasi produksi kedele di Indonesia justru belum mendapat perhatian yang memadai. Dasawarsa 80 an dan 90 an yang lalu Indonesia pernah menjalankan program Insus (Intensifikasi khusus), Supra Insus, dan Upsus (Upaya khusus) dalam upaya peningkatan produksi kedele. Namun justru ketika kebutuhan kedele terus meningkat, sudah sekitar 15 tahun tidak ada lagi program sejenis. Memang benar bahwa pada 3 tahun terakhir petani diberikan subsidi benih. Namun yang juga sangat diperlukan adalah teknik budidaya untuk meningkatkan produkstivitas.
  • Akibat dari minimnya program intensifikasi produksi kedele, kondisi tanaman kedele di lahan-lahan petani akhir-akhir ini memang terlihat cukup memprihatinkan. Terkesan cukup menonjol bahwa tanaman kedele kurang mendapat perawatan dari petani. Bahkan ada kesan petani sekedar menanam benih lantas dibiarkan tanpa upaya pemeliharaan yang cukup. Sementara dalam upaya peningkatan produksi sangat direkomendasikan selain penggunaan benih unggul, tanaman kedelai mestinya juga harus dipupuk, dibuat saluran irigasi / drainasi, serta disiang. Akibatnya dalam kurun waktu yang lama tidak terjadi peningkatan tingkat produktivitas yang signifikan (kab. Bantul sekarang ini 1,4 ton/Ha, dengan luas tanam rata-rata 4.500 Ha/tahun)
  • Namun nampaknya yang paling essensi adalah perlunya rangsangan bagi petani berupa tingkat harga jual yang memadai. Selama ini di luar musim panen kedele, harga kedele mencapai Rp 8.000 /kg. Sementara begitu memasuki musim panen harga kedele cepat merosot menjadi sekitar Rp 4.500. Kondisi tersebut menjadikan petani tidak tertarik untuk menekuni komoditas kedele, karena petani juga tidak memiliki kekuatan unuk menghadapi harga pasar.
  • Apabila pemerintah tidak bisa menyangga harga pada level yang menguntungkan maka alternatifnya adalah perlunya segera dibatasi impor kedele. Jika impor sedikit, maka kedele lokal akan terangkat harganya. Bahkan bila terpaksa terjadi kelangkaan kedele dan harganya menjadi sangat mahal maka diyakini akan memacu kalangan petani untuk berlomba memproduksi kedele.
Terlampir foto: petani di Cepoko, Desa Trirenggo, Bantul, sedang mengamati tanaman kedele.

Bantul, 20 Agustus 2009
Ir. Edy Suhariyanta, MMA
Kepala Dinas Pertanian dan Kehutanan Bantul

Kamis, 13 Agustus 2009

BANTUL KEMBANGKAN BIBIT TEMULAWAK


  • Temu lawak mengandung zat untuk memperbaiki fungsi ginjal dan hati, dan jamu merupakan produk khas Indonesia. Namun jika aspek pembibitan tidak ditangani dikhawatirkan akan direbut oleh Korea Selatan dan India
  • Di Bantul sendiri tiap tahun terdapat tanaman temulawak seluas 737 Ha, seperti di Imogiri, Pajangan, Sedayu dan Dlingo. Namun komoditas temulawak selama ini kurang berkembang karena penanganan masih dominan pada sub sistem budidaya (on farm). Kegiatan on farm berakhir pada diperolehnya umbi hasil panen. Sedangkan penjualan temu lawak oleh petani berupa komoditas kepada perusahaan-perusahaan jamu selalu mengalami hambatan adanya broker/calo dan akses harga. Oleh karenanya kebijakan Pemkab saat ini dan ke depan adalah mendorong agar petani juga menangani subsistem pengolahan hasil dan pemasaran
  • Dengan menangani pengolahan hasil oleh kalangan petai sendiri, petani dapat menjual dalam bentuk produk jamu atau racikan ramuan kesehatan lainnya. Harapannya petani akan mendapatkan nilai tambah. Pengolahan hasil panen yang selama ini telah berkembang perlu didorong terus agar terjadi percepatan, baik dari segi pengembangan jenis produk olahan maupun dalam volume produksi.
  • Sentra produksi jamu gendong di Canden Jetis dan Argodadi Sedayu perlu terus diarahkan agar lebih diminati konsumen (dari aspek kebersihan/hygienitas, cara penyajian, dll). Juga perajin/produsen racikan sederhana (di Kunden Imogiri) dan jamu racikan modern juga perlu didorong terus. Karena home industri tersebut akan menjadi pasar lokal yang penting. Sehingga pemasaran temulawak dan hasil biofarmaka lain tidak terlalu tergantung perusahaan jamu besar. Disamping alasannya karena kepada perusahaan tersebut petani hanya bisa menjual dalam bentuk hasil segar. Selama ini jamu racikan modern dari Bangunjiwo Kasihan telah diserap secara rutin oleh hotel-hotel di Bali untuk melayani para wisatawan mancanegara. Baik berupa jamu yang diminum, bahan lulur tubuh, maupun sebagai bahan untuk layanan SPA bagi wanita.
  • Tantangan pembibitan. Tantangan terbesar adalah bahwa urusan pembibitan tanaman biofarmaka ini mendapat perhatian. Program pembibitan yang dibiayai pemerintah selama ini baru terbatas pada komoditas tanaman pangan dan hortikultura utama (sayuran).Oleh karenanya pembibitan temulawak masih terbentur persoalan kesulitan benih sumber, ketentuan standar mutu, pengawasan terhadap penangkar dan sertifikasi benih. Namun demikian, meski banyak tantangan, kabupaten Bantul bertekad akan menseriusi menggarap program pembibitan temulawak. Mengingat dimilikinya potensi tanaman, dimilikinya home industri pengolah dan menguatnya kebutuhan pengobatan alternatif.


Bantul, 13 Agustus 2009
Regards,
Ir. Edy Suhariyanta, MMA

Senin, 03 Agustus 2009

ELNINO : PETANI DIHIMBAU TIDAK CEMAS

Dampaknya Diperkirakan Terjadi Pada Akhir Musim Kemarau


  • Dampak elnino tahun 2009 diprediksi akan dirasakan pada akhir musim kemarau karena dampak elnino adalah berupa kemarau panjang yang kering. Oleh karenanya petani dihimbau untuk melaksanakan pola tanam MT III 2009 (MT : Musim Tanam) ini tanpa disertai dengan rasa cemas.
  • Himbauan tersebut perlu disampaikan, mengingat masyarakat cenderung panik begitu mendengar akan terjadinya elnino pada tahun ini. Padahal kemarau panjang yang kering itu baru akan dirasakan pada akhir musim kemarau nanti. Yakni jika pada kondisi iklim yang normal, musim kemarau akan berakhir pada minggu keempat Oktober, maka apabila dampak elnino benar-benar akan terjadi berarti berakhirnya musim kemarau akan mundur. Seberapa lama mundurnya musim kemarau akan tergantung panjangnya musim kemarau yang terjadi.
  • Dengan kata lain permulaan musim penghujan akan mundur, yang apabila pada situasi normal hujan mulai turun pada minggu pertama November, elnino akan menyebabkan permulaan musim penghujan mundur. Sehingga dampak elnino bagi sektor pertanian pada 2009 ini adalah tertundanya jadwal tanam MT I. Dilihat dari resiko penurunan produksi pertanian maka dampak elnino baru akan dirasakan sekitar bulan Februari-Maret 2010. Yaitu jika pada situasi normal pada bulan-bulan tersebut sudah terjadi panen MT I maka akibat elnino panen MT I baru akan terjadi pada April-Mei 2010.
  • Atas perhitungan tersebut maka pelaksanaan MT III sekarang ini hampir dipastikan tidak akan terpengaruh oleh dampak elnino. Artinya bahwa hingga bulan Oktober yang akan datang situasi iklim akan berlangsung normal. Yakni tidak akan terjadi curah hujan mengingat memang periode tersebut merupakan musim kemarau. Kegiatan sektor pertanian sejak saat ini hingga bulan Oktober akan berlangsung dengan situasi cuaca maupun iklim sama dengan musim-musim kemarau tahun biasa. Bahkan selama periode Agustus-September 2009 kondisi lengas (kadar air pada lapisan olah tanah) kondisinya kemungkinan lebih baik mengingat terjadi perpanjangan musim hujan selama satu bulan pada Juni kemarin.
  • Kebutuhan air untuk tanaman hingga bulan September yang akan datang sepenuhnya mengandalkan sisa-sisa curah hujan yang turun ke bumi pada musim penghujan yang lalu.
  • Sebagaimana disebutkan di atas elnino akan berdampak mundurnya MT I 2009-2010. Artinya dilihat dari ketersediaan waktu untuk memproduksi bahan pangan 2010 mengalami pengurangan waktu akibat mundurnya permulaan musim penghujan, sehingga yang harus diantisipasi adalah menurunnya produksi bahan pangan 2010. Terkait dengan hal tersebut kami menghimbau agar mulai dipersiapkan antisipasi terutama berupa penyediaan stok pangan oleh Bulog. Namun alangkah lebih baik apabila tugas menyediakan stok pangan dimaksud sebagian diserahkan kepada pemerintah daerah.
  • Untuk kabupaten Bantul bagi wilayah yang lahan sawahnya masuk kategori irigasi yang baik, yaitu sekitar 12.000 Ha sebenarnya tidak perlu dikhawatirkan akan terkena dampak elnino, sedangkan bagi sekitar 4.200 Ha sawah yang irigasinya kurang baik dan sekitar 6.600 Ha lahan kering diperkirakan akan sangat merasakan terkena dampak elnino, karena pada lahan tersebut tidak tersedia sumber air yang bisa diakses

Bantul, 3 Agustus 2009
Regards,
Ir. Edy Suhariyanta, MMA