Kamis, 13 Agustus 2009

BANTUL KEMBANGKAN BIBIT TEMULAWAK


  • Temu lawak mengandung zat untuk memperbaiki fungsi ginjal dan hati, dan jamu merupakan produk khas Indonesia. Namun jika aspek pembibitan tidak ditangani dikhawatirkan akan direbut oleh Korea Selatan dan India
  • Di Bantul sendiri tiap tahun terdapat tanaman temulawak seluas 737 Ha, seperti di Imogiri, Pajangan, Sedayu dan Dlingo. Namun komoditas temulawak selama ini kurang berkembang karena penanganan masih dominan pada sub sistem budidaya (on farm). Kegiatan on farm berakhir pada diperolehnya umbi hasil panen. Sedangkan penjualan temu lawak oleh petani berupa komoditas kepada perusahaan-perusahaan jamu selalu mengalami hambatan adanya broker/calo dan akses harga. Oleh karenanya kebijakan Pemkab saat ini dan ke depan adalah mendorong agar petani juga menangani subsistem pengolahan hasil dan pemasaran
  • Dengan menangani pengolahan hasil oleh kalangan petai sendiri, petani dapat menjual dalam bentuk produk jamu atau racikan ramuan kesehatan lainnya. Harapannya petani akan mendapatkan nilai tambah. Pengolahan hasil panen yang selama ini telah berkembang perlu didorong terus agar terjadi percepatan, baik dari segi pengembangan jenis produk olahan maupun dalam volume produksi.
  • Sentra produksi jamu gendong di Canden Jetis dan Argodadi Sedayu perlu terus diarahkan agar lebih diminati konsumen (dari aspek kebersihan/hygienitas, cara penyajian, dll). Juga perajin/produsen racikan sederhana (di Kunden Imogiri) dan jamu racikan modern juga perlu didorong terus. Karena home industri tersebut akan menjadi pasar lokal yang penting. Sehingga pemasaran temulawak dan hasil biofarmaka lain tidak terlalu tergantung perusahaan jamu besar. Disamping alasannya karena kepada perusahaan tersebut petani hanya bisa menjual dalam bentuk hasil segar. Selama ini jamu racikan modern dari Bangunjiwo Kasihan telah diserap secara rutin oleh hotel-hotel di Bali untuk melayani para wisatawan mancanegara. Baik berupa jamu yang diminum, bahan lulur tubuh, maupun sebagai bahan untuk layanan SPA bagi wanita.
  • Tantangan pembibitan. Tantangan terbesar adalah bahwa urusan pembibitan tanaman biofarmaka ini mendapat perhatian. Program pembibitan yang dibiayai pemerintah selama ini baru terbatas pada komoditas tanaman pangan dan hortikultura utama (sayuran).Oleh karenanya pembibitan temulawak masih terbentur persoalan kesulitan benih sumber, ketentuan standar mutu, pengawasan terhadap penangkar dan sertifikasi benih. Namun demikian, meski banyak tantangan, kabupaten Bantul bertekad akan menseriusi menggarap program pembibitan temulawak. Mengingat dimilikinya potensi tanaman, dimilikinya home industri pengolah dan menguatnya kebutuhan pengobatan alternatif.


Bantul, 13 Agustus 2009
Regards,
Ir. Edy Suhariyanta, MMA

Tidak ada komentar:

Posting Komentar